Sangkuriang
Pada jaman dahulu, di
Jawa Barat hiduplah seorang janda yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai
seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang.
Suatu hari Sangkuriang
diusir Dayang Sumbi dari rumah karena telah berbuat satu kesalahan. Setelah
kejadian itu, Dayang Sumbi menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan
meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Tuhan mengabulkan
doanya dengan memberinya kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Setelah lama Sangkuriang
mengembara, akhirnya ia ingin untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana,
dia sangat terkejut, ia terkejut sekali karena melihat seorang wanita yang
sangat cantik yaitu Dayang Sumbi. Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya
lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah.
Pada suatu hari alangkah
terkejutnya Dayang Sumbi, karena ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut
mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang, Dayang
Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut
adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat
bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Dayang
Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan
rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui
Sangkuriang.
Setiap hari Dayang Sumbi
berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka batal. Setelah berpikir,
akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat
kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut,
maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka
pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin sungai
Citarum dibendung. Dan yang kedua meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang
besar untuk. Kedua syarat itu harus selesai sebelum matahari terbit.
Sangkuriang menyanggupi
kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya
sebelum matahri terbit Dengan kekuatannya, Sangkuriang lalu mengerahkan
teman-temannya bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut.
Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa
terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaikan semua syarat yang
diberikan Dayang Sumbi sebelum matahari terbit.
Dayang Sumbi lalu
meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah
di sebelah timur. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang
mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan
pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh
Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan
kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya. Sangkuriang
juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh
tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.
Sangkuriang
On the days of old, in West Java there
lived a widow named Dayang Sumbi. She has a son named Sangkuriang.
One day Dayang Sumbi
evicted Sangkuriang from house because it has done a mistake. After the
incident, Dayang Sumbi regretted. She prayed every day, and ask for a day to meet with him again. God answered her prayer by giving her the eternal beauty and young age forever.
After a long Sangkuriang roam, finally
he wants to return to
his home. Arriving there, he
was very surprised, because he saw a very
beautiful woman that is Dayang Sumbi. Immediately Sangkuriang proposed. Finally Sangkuriang’s
proposed accepted by Dayang Sumbi, and agreed to
be married.
One day Dayang Sumbi surprised, because she saw a scar. The scar is similar to scar her child. After asked the Sangkuriang,
Dayang Sumbi increases might expect to see, because it is true that the prospective husband is her own child.
Dayang Sumbi very confused, because she can
not be married with her
own child. Dayang Sumbi
tried speak to Sangkuriang , so Sangkuriang
cancel their wedding plans . Dayang
Sumbi’s request is not agreed Sangkuriang.
Every day Dayang Sumbi thinking
about how to cancel their wedding. After
thinking, finally Dayang Sumbi find the best way.
He filed two requirements to Sangkuriang. If Sangkuriang can fulfill these two requirements, Dayang Sumbi would be a wife, but otherwise if it fails then
the wedding will be canceled. The
first requirement Dayang Sumbi want Citarum river dammed. And the second request Sangkuriang to make a big boat. Both requirements must be completed before
sunrise.
Sangkuriang agreed both requests Sumbi Dayang,
and promised to finish before sunrise with his
power, then Sangkuriang deploying
his friends of the jinn to help complete
the task. Quietly, Dayang Sumbi peek of the
Sangkuriang work. How shocked she, because Sangkuriang almost completed all requirements the
given Dayang Sumbi before
sunrise.
Dayang Sumbi then ask for help surrounding communities to roll out a red silk cloth on the east. When looking the color red in the east of the city, Sangkuriang thought that it was
already early morning. Sangkuriang
immediately stop work and felt can not fulfill requirements that has been proposed by Dayang Sumbi.
With a sense of annoyance and disappointment, Sangkuriang then break through the dam that have been made. Sangkuriang also kicked a big boat that has been made. The boat that floated and fell face down, then became a mountain named Tangkuban Perahu.
Elang yang Cerdik
Di Suatu hari
seekor elang sangat haus dan ingin minum. Ia tidak melihat kolam air di mana
pun. Ia terbang berputar-putar. Akhirnya ia melihat sebuah botol di luar rumah.
Elang terbang turun ke botol itu. Di sana ada sedikit air di dasar botol. Elang
memasukkan kepalanya ke dalam botol tetapi ia tidak menggapai air itu. Ia
memanjat ke atas botol. Ia memasukkan lagi kepalanya ke dalam botol
tetapi paruhnya tidak bisa mencapai air itu.
Kemudian ia mencari akal. Elang itu terbang tinggi dan kemudian turun menuju ke
botol untuk memecahkannya dengan paruhnya tetapi botol itu amat kuat. Ia tidak
dapat memecahkannya. Elang itu keluar terbang kearah botol kemudian ia
menabrakkan sayapnya. Ia mencoba memecahkannya, agar airnya akan keluar membasahi
lantai. Tetapi botol itu amat kuat. Elang itu sangat lelah bila harus terbang
lebih jauh lagi.
Elang itu duduk
termenung di sarangnya. Ia berpikir terus menerus. Ia tidak mau mati karena
kehausan. Ia melihat banyak batu-batu kecil di tanah. Ia mendapatkan ide. Ia
mengambil batu itu dan memasukkannya ke dalam botol. Ia memasukkan dan
memasukkan terus. Air itu naik lebih tinggi setiap kali batu jatuh ke dalam botol.
Botol itu hampir penuh dengan batu. Air telah naik sampai ke permukaan. Elang
yang pintar itu memasukkan paruhnya dan ia mendapatkan air. Pepatah
mengatakan bahwa “ Jika ada kemauan pasti ada jalan. “ Elang itu telah
membuktikannya.
The Smart Eagle
In One day a eagle was thirsty
and wanted a drink. He did not see a pool of water everywhere.
He flew in
circles. Finally he saw a bottle outside the house. Eagle
flew down into
the bottle. There was little water in the
bottom of the bottle. Eagles thrust his head into the
bottle but he did not reach the
water. He climbed
to the top of the bottle. He put his head again
into the bottle, but its beak can not reach the
water.
Then he looked for idea. Eagles were
flying high and
then down toward
the bottle to
break it with his
beak but the bottle was very strong. He can not break it. Eagles
came out flying towards
the bottle and then he crashed his wings.
He tried to break
it, so the water will come out wet floor.
But the bottle is
very strong. Eagles were very tired when should fly further.
The eagle sat
on its nest. He thinks constantly. He did not want to die of thirst. He saw
many small stones on the ground. He got the idea. He took the stone and put it
in a bottle. He continued to enter and enter. The water was up higher every
time the stone fell into the bottle. The bottle was almost full with stones.
Water had risen to the surface. That smart eagle entering its beak and he got
the water. Proverb says that "If there's a will there is a way.
"Eagle has proven it.